Galatia 2:14
Jika kita tidak sadar akan perbedaan antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru, maka kita akan memberi kesimpulan bahwa apa yang dikatakan oleh Tuhan di Perjanjian Lama ternyata berbeda dengan Perjanjian Baru. Sebenarnya kesimpulan itu tidak benar. Kita bisa meneliti ulang, bahwa ada proses yang sedang Tuhan sampaikan. Di Perjanjian Lama, Tuhan sedang membangun ibadah simbolik supaya manusia di dunia ini mau untuk menunggu janji Tuhan dengan setia, yaitu kedatangan Sang Juruselamat yang akan dilahirkan dari keturunan orang Yahudi. Ketika Sang Juruselamat itu tiba, maka semua ibadah simbolik di Perjanjian Lama tidak berlaku lagi, karena sudah digenapi. Inilah yang seharusnya kita mengerti dan seharusnya juga dimengerti oleh orang-orang Yahudi, termasuk oleh Petrus dan para murid Yesus yang lainnya. Pada saat merenungkan hal ini selama kurang lebih tiga hari, Paulus pun mungkin tidak mudah untuk mengerti semua ini. Tetapi Tuhan terus memberikan penyataan dan pewahyuan kepada Paulus, sehingga ia mengerti segala sesuatunya, yang telah ditetapkan dalam proses Tuhan untuk memenuhi janji-Nya mengirim Juruselamat bagi umat manusia di bumi ini.
Karena para murid masih sulit untuk memahami ini, maka Tuhan memakai Paulus dengan semua pewahyuan-Nya untuk memahami perpindahan dari ibadah simbolik ke ibadah hakekat. Sampai hari ini, tetapi tidak mudah untuk memahami hal ini. Karena itu kita mungkin mendapati bahwa ada saudara-saudara kita yang mengaku diri sebagai orang Kristen, tetapi tetap tidak bisa meninggalkan kebiasaan orang-orang Yahudi. Masih ada orang Kristen yang melaksanakan kebaktian di hari Sabtu dan mereka tetap percaya Yesus sebagai Juruselamat. Padahal sebenarnya tidak ada ketentuan hari khusus untuk kebaktian atau persekutuan. Ada orang-orang Kristen yang tidak siap untuk makan makanan yang diharamkan di Perjanjian Lama, karena mereka masih sangat terpengaruh dengan konsep Perjanjian Lama. Hal ini menggambarkan bahwa memang sulit untuk mengerti tentang hal ini, karena kebiasaan dan adat istiadat yang sudah mendarah daging.
Karena Petrus dan para rasul lain yang dulu menjadi murid Yesus perlu waktu yang cukup lama untuk memahami hal ini, maka Tuhan memakai Paulus serta memberikan pewahyuan yang sangat banyak kepada Paulus. Hal inilah yang menyebabkan kitab Perjanjian Baru sebagian besar adalah surat yang ditulis oleh Paulus. Paulus mengerti semuanya itu, dia tidak mudah terseret untuk kembali kepada kebiasaan Yudaisme. Karena itulah ia berani menegur Petrus yang berlaku munafik. Petrus disebut oleh Paulus sebagai orang Yahudi yang hidup secara kafir. Dengan perilaku yang demikian, maka Petrus tidak bisa memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi. Paulus menegaskan supaya orang-orang percaya dari kalangan Yahudi harus bisa meninggalkan semua kebiasaan Yahudinya dan menjadi orang Kristen murni.
Akhirnya Petrus pun mendapatkan wahyu dari Tuhan. Hal itu nanti bisa kita baca di dalam surat yang ditulis oleh Petrus. Akhirnya Petrus mengerti tentang ibadah hakekat. Bahkan di sana Petrus juga memuji tulisan Paulus. Di dalam 2 Petrus 3:15-16 dikatakan, “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebiasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.”
Views: 4