Galatia 2:9-14
Orang-orang terpandang itu disebut namanya oleh Paulus, yaitu Yakobus, Kefas dan Yohanes. Mereka menjadi soko-guru bagi jemaat di Yerusalem. Ketika mereka melihat bahwa kasih karunia Tuhan juga telah diberikan kepada Paulus, maka mereka berjabat tangan dengan Paulus dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan. Mereka menyetujui kami supaya pergi untuk memberitakan Injil kepada orang-orang tidak bersunat dan mempercayakan Yakobus, Kefas dan Yohanes untuk memberitakan Injil kepada orang-orang bersunat. Paulus juga tetap mengingat orang-orang percaya yang sedang dalam kondisi miskin karena penganiayaan, sehingga Paulus juga mengkoordinir persembahan yang diberikan oleh jemaat Makedonia dan Korintus.
Petrus (Kefas) dan Paulus memiliki derajat yang sama di hadapan Tuhan, yaitu sama-sama sebagai rasul. Paulus juga menceritakan dengan terang-terangan bahwa dia pernah tidak setuju dengan pendapat Petrus. Pada waktu itu mereka bertemu di Antiokhia, setelah sidang di Yerusalem. Paulus memang menentang pendapat Petrus karena salah. Paulus ingin menjelaskan kepada jemaat di Galatia bahwa dalam hal ini Petrus juga salah karena masih terpengaruh dengan Yudaisme. Memang pada waktu itu tidak mudah untuk berubah dari kebiasaan Yudaisme kepada kehidupan Kristen. Ada masa transisi dari Yudaisme ke Kristen, dari ibadah simbolik ke ibadah hakekat.
Di dalam Kisah Para Rasul 10, Petrus pada waktu itu mau diundang ke rumah Kornelius. Jika Tuhan tidak memaksa Petrus untuk pergi, sepertinya Petrus tidak akan pergi, karena ia diundang datang ke rumah orang bukan Yahudi. Hal itu tidak diperbolehkan dalam kebiasaan orang Yahudi. Tetapi sebelum utusan Kornelius datang kepada Petrus, Tuhan memberikan penglihatan kepada Petrus, menurunkan binatan-binatang yang diharamkan di Perjanjian Lama dan disuruhnya ia makan. Sampai tiga kali Tuhan memaksa Petrus, akhirnya Petrus pergi ke rumah Kornelius. Dari kisah ini kita bisa melihat bahwa tidak mudah bagi orang Yahudi untuk meninggalkan kebiasaan Yudaisme yang telah dilakukan turun temurun. Adat istiadat itu telah mendarah daging.
Ketika berada di Antiokhia, sebelum rombongan dari kalangan Yakobus datang, Petrus makan sehidangan dengan orang-orang percaya yang tidak bersunat itu. Tetapi setelah rombongan kalangan Yakobus itu datang, maka Petrus mengundurkan diri dan menjauhi orang-orang percaya yang tidak bersunat itu karena takut terhadap saudara-saudara yang bersunat. Ternyata hal itu diikuti oleh orang-orang Yahudi yang lain. Mereka berlaku munafik yang mengakibatkan Barnabas turut terseret dalam kemunafikan mereka.
Pada waktu Paulus melihat bahwa apa yang dilakukan oleh mereka tidak sesuai dengan kebenaran Injil, maka Paulus berkata kepada Petrus di hadapan mereka semua, “Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?” Untung pada waktu itu Paulus tidak mengikuti apa yang dilakukan oleh Petrus. Seandainya pada waktu itu Paulus mengikuti hal yang dilakukan oleh Petrus, maka hari ini kita tidak akan bisa melihat kekristenan yang murni. Kita mungkin hari ini akan menjalani kehidupan Kristen yang digabungkan dengan kepercayaan Yudaisme. Kita juga tidak bisa serta merta menyalahkan Petrus, karena kebiasaan Yudaisme itu sangat kuat mengikat orang-orang keturunan Yahudi. Tetapi kita bisa belajar, ada orang seperti Paulus yang tetap teguh dalam iman dan perilakunya, meskipun dia sendirian dan tidak ada orang yang mengikuti apa yang dilakukannya pada waktu itu.
Views: 11