1 Korintus 15:25-34
Yesus Kristus nanti akan datang ke dunia sebagai Raja. Ia akan membangun kerajaan Daud yang telah dijanjikan sebelumnya, yaitu kerajaan seribu tahun. Yesus ditetapkan untuk memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Bapa meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Saat ini Yesus Kristus adalah Imam dan posisi-Nya belum menjadi Raja. Pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali, Ia akan memerintah sebagai Raja di Yerusalem Baru. Pada waktu Ia ada di dunia, Yesus memiliki posisi sebagai Nabi, sehingga Ia bernubuat dan menyampaikan banyak firman serta pewahyuan. Pada saat Ia naik ke Sorga, maka posisi-Nya sebagai Imam Besar. Kita sebagai orang percaya adalah imam atas diri sendiri (imamat yang rajani). Baru nanti dalam kerajaan seribu tahun, posisi Yesus Kristus adalah Raja. Musuh terakhir yang dibinasakan adalah maut. Yesus Kristus telah menaklukkan segala sesuatu di dunia ini. Tetap Yesus Kristus sendiri menaklukkan diri-Nya sendiri di bawah Bapa. Ia merendahkan hatinya di hadapan Bapa.
Kemungkinan besar memang terjadi kekacauan teologi di Korintus. Ada orang yang dibaptis untuk orang yang sudah mati. Ayat ini tidak mengajarkan kepada kita untuk membaptis orang yang sudah mati. Memang ada beberapa kalangan Kristen yang melakukan hal itu pada saat sekarang ini. Ini adalah pertanyaan yang sedang diajukan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus, bukan perintah atau himbauan. Pertanyaan ini sebenarnya khusus ditujukan kepada orang-orang yang tidak percaya dengan kebangkitan, tetapi melakukan baptisan orang mati. Jika mereka tidak percaya kebangkitan, maka sebenarnya baptisan orang mati juga tidak berfaedah sama sekali.
Memang seringkali terjadi ketidak-konsistenan terhadap pengajaran-pengajaran yang tidak dipelajari dengan sungguh-sungguh. Biasanya disebut dengan standar ganda. Kita perlu belajar akan kebenaran yang kita terima. Kebenaran itu selalu logis dan memang dapat dipelajari dengan akal budi. Sedangkan kesesatan, selalu ada standar ganda atau kontradiksi. Seringkali muncul ketidakcocokan antara pengajaran yang satu dengan yang lainnya. Paulus memakai argumentasi orang yang salah itu untuk menyadarkan mereka, bahwa apa yang mereka percayai itu tidak benar, tidak konsisten dan tidak masuk akal.
Jika tidak ada kebangkitan, maka tidak ada gunanya juga Paulus berjuang keras dalam penginjilan dan pelayanan. Jika tidak ada kebangkitan, maka semua yang dilakukan oleh manusia di dunia ini benar-benar sia-sia. Rasul Paulus tahu bahwa ada sebagian orang di Korintus imannya bergeser karena pergaulan. Mereka lebih banyak mendengarkan omongan orang lain yang selalu mempertanyakan dan meragukan iman mereka. Dari ayat ini kita juga belajar bahwa kita harus menjaga pergaulan kita. Kita bisa berteman dengan siapa saja, tetapi dalam pergaulan yang dekat, kita perlu memilih teman. Teman kita yang dekat itu mencerminkan siapa kita. Jika pergaulan itu sudah sangat dekat, maka kita tidak bisa tidak akan ikut terpengaruh di sana, cepat atau lambat. Siapa teman kita, itulah cerminan kita sebenarnya.
Paulus memberikan penekanan kepada jemaat di Korintus, supaya mereka sadar bahwa memang ada di antara mereka yang tidak mengenal Tuhan. Ada orang-orang yang mempunyai status sebagai orang Kristen, tetapi sebenarnya mereka belum lahir baru dan tidak mengenal Tuhan dengan baik. Hal itu dikatakan oleh Paulus dengan tujuan supaya mereka memiliki rasa malu. Dari semua yang mereka katakan dan lakukan, sebenarnya terlihat bahwa mereka belum lahir baru. Mereka belum menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Views: 2