Kisah Para Rasul 4:24-28
Ketika teman-teman dari Petrus dan Yohanes ini mendengar bahwa mereka mendapatkan ancaman, mereka tidak emosi dan siap melakukan perlawanan. Yang mereka lakukan adalah berseru kepada Tuhan. Mereka tidak perlu membela Tuhan. Tuhan bisa membela diri-Nya sendiri, karena Dia maha kuasa. Jika Dia perlu dibela oleh manusia, sangat jelas sekali bahwa sebenarnya dia bukan Tuhan. Dia adalah Pencipta langit dan bumi. Dia bisa melakukan apa saja untuk membela diri-Nya. Tuhan ingin supaya kita menjadi saksi-Nya, bukan menjadi pembela-Nya. Karena itu kita harus berbicara di atas kebenaran.
Dalam seruan para rasul, mereka mengutip Mazmur 2. Tanpa disadari, para pemimpin Yahudi sedang melawan Tuhan. Di satu sisi mereka sepertinya membela dan memuliakan Tuhan, padahal apa yang dilakukan oleh mereka adalah kesalahan yang fatal. Mereka memakai kekuasaan dan wewenang yang seharusnya dipakai untuk menertibkan masyarakat, tetapi ternyata disalahgunakan untuk mengancam orang lain.
Disebutkan juga nama Herodes dan Pontius Pilatus. Herodes adalah raja wilayah setempat. Sedangkan Pontius Pilatus adalah gubernur utusan dari pemerintah penjajahan Romawi. Serta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel, semuanya melawan Yesus, Hamba yang kudus, yang telah diurapi, yang disebut sebagai Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Mesias, yang diurapi. Yesus itulah yang dilawan oleh mereka.
Istilah atau gelar “yang diurapi” seharusnya hanya menjadi milik Yesus Kristus. Di dalam Perjanjian Lama, yang berhak untuk diurapi adalah nabi, raja atau imam besar. Sedangkan di dalam Perjanjian Baru, yang berhak untuk diurapi adalah Mesias, atau disebut dengan nama Yesus Kristus (bdg. Lukas 2:26; Kisah Para Rasul 4:26; Wahyu 12:10). Yesus berhak menyandang tiga gelar sekaligus, yaitu sebagai Nabi, sebagai Raja dan sebagai Imam Besar. Manusia biasa tidak mempunyai hak mendapatkan gelar sebagai “yang diurapi.” Jika ada manusia biasa yang tidak menolak disebut sebagai “yang diurapi”, maka dia bisa berpotensi menjadi mesias palsu. Karena itu, kita harus berhati-hati menggunakan istilah ini. Jangan sampai kita menyebut seorang hamba Tuhan atau pengkhotbah dengan sebutan “hamba Tuhan yang diurapi Tuhan” atau “pengkhotbah yang diurapi Tuhan.” Istilah ini sederhana dan mungkin kita sering mendengarnya, tetapi potensi negatifnya cukup besar, yaitu bisa menggenapkan nubuatan negatif tentang kedatangan mesias-mesias palsu. Dan mesias palsu itupun dilengkapi dengan tanda serta mujizat yang dahsyat serta bisa menyesatkan orang pilihan juga (bdg. Matius 24:24; Markus 13:22).
Tuhan tidak menyuruh kita untuk mengurapi orang atau diurapi oleh orang lain. Jika ada yang melakukan hal itu, bukanlah suatu kebetulan, karena mereka sedang mempersiapkan diri untuk menggenapi nubuatan-nubuatan yang negatif. Karena itulah Tuhan Yesus dengan keras telah memperingatkan semuanya itu. Mesias palsu tidak akan datang dari luar kekristenan. Karena istilah mesias hanya ada di dalam kekristenan dan agama Yahudi. Saat ini, orang-orang Yahudi masih menunggu kedatangan Mesias yang sebenarnya, karena mereka tidak mengakui Yesus sebagai Mesias. Sedangkan orang Kristen mengakui Yesus sebagai Mesias. Bisa dipastikan bahwa mesias palsu akan hadir dari kalangan kekristenan itu sendiri.
Views: 24