Kisah Para Rasul 15:1-3
Ada beberapa orang yang datang dari Yudea ke Antiokhia. Mereka mengajarkan kepada saudara-saudara di situ bahwa mereka tidak akan selamat jika tidak disunat menurut adat istiadat yang telah diwariskan oleh Musa. Perkataan ini ditujukan khususnya kepada orang-orang percaya dari kalangan non-Yahudi, karena mereka tidak memiliki kebiasaan upacara sunat. Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka. Setelah itu, Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain ditetapkan oleh jemaat di Antiokhia untuk pergi kepada para rasul dan penatua-penatua yang berada di Yerusalem, untuk membicarakan hal tersebut.
Jemaat mula-mula, belum memiliki Alkitab tertulis seperti kita pada saat ini. Karena itu, mereka mendapatkan kesempatan untuk meminta kepada Tuhan sebanyak mungkin karunia, terutama karunia untuk bernubuat. Pada waktu itu, proses pewahyuan Alkitab masih berjalan. Proses pewahyuan berhenti pada saat kitab Wahyu selesai ditulis, yaitu pada zaman rasul Yohanes. Memang banyak hal yang belum diketahui pada waktu itu.
Tidak mudah untuk mengubah cara pandang orang Yahudi, karena mereka memang memiliki adat istiadat dan kebiasaan selama ribuan tahun. Adat dan kebiasaan mereka ditetapkan sejak zaman Musa, untuk menyimbolkan kedatangan Sang Juruselamat. Salah satunya adalah sunat. Di dalam Perjanjian Lama, ada peristiwa-peristiwa penting yang berakibat fatal jika mereka tidak disunat. Wajar jika mereka masih takut untuk meninggalkan adat kebiasaan itu. Mereka takut celaka, bahkan takut tidak memperoleh keselamatan. Orang-orang Yahudi yang sudah percaya kepada Yesus pun tidak serta merta dapat meninggalkan adat kebiasaan itu. Pola pikir mereka harus diubah, sehingga mereka bisa membedakan antara ibadah simbolik dengan ibadah hakikat. Paulus sudah bisa membedakan itu, sehingga dia membantah dengan keras pendapat dari saudara-saudara yang berasal dari Yerusalem itu.
Karena itu Tuhan menurunkan wahyu secara bertahap kepada para rasul. Orang-orang Yahudi perlu diperbaiki pola pikirnya secara bertahap, supaya mereka bisa mengerti hubungan antara Perjanjian Lama dengan pewahyuan di Perjanjian Baru. Bangsa Yahudi dulu diberi kewenangan untuk menjaga dan menjalankan ibadah simbolik, sekarang sudah tidak lagi. Sepertinya beberapa rasul dan para penatua pada waktu itu belum bisa memahami hal ini dengan baik. Saat itu Tuhan sedang mewahyukan ibadah baru, bukan lagi secara simbolik tetapi juga secara hakikat. Yesus sendiri sudah memberikan gambaran tentang semuanya itu, tetapi ternyata tidak semua murid mengerti dengan perubahan ini.
Di dalam masa perubahan ini, Tuhan menghendaki supaya para rasul menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran, sebelum kewenangan itu diberikan kepada jemaat, yaitu setelah pewahyuan selesai, setelah kitab Perjanjian Baru selesai ditulis.
Paulus dan Barnabas beserta rombongan diantar oleh jemaat sampai ke luar kota. Kemudian rombongan itu berjalan melalui Fenisia dan Samaria. Ketika mereka singgah di tempat-tempat itu, mereka selalu mencari kesempatan untuk memberitakan Injil. Mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang non-Yahudi, atau disebut sebagai orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal tersebut ternyata membuat gembira untuk jemaat-jemaat yang ada di Fenisia dan Samaria.
Views: 7