Kisah Para Rasul 27:27-33
Pada malam yang keempat belas, mereka masih tetap terombang-ambing di laut Adria (di sebelah barat pulau Kreta). Kira-kira tengah malam, para anak buah kapal merasa bahwa mereka telah dekat dengan daratan. Mereka mengulurkan batu duga (batu yang diberi tali untuk mengukur kedalaman air). Ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya (sekitar tiga puluh meter). Beberapa saat kemudian diukur kembali dan kedalaman air sudah lima belas depa. Karena takut terkandas dengan batu karang, maka mereka membuang empat sauh di buritan, dengan harapan supaya kapal tidak bergerak. Mereka berharap hari segera berganti siang.
Tetapi anak buah kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci dan berbuat seolah-olah hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. Melihat hal tersebut, Paulus berkata kepada perwira dan para prajurit bahwa jika mereka pergi, maka kapal ini tidak akan ada yang bisa mengendalikannya dan semua orang yang berada di dalam kapal akan mati. Lalu para prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. Sekarang, semua sekoci yang diturunkan telah hanyut. Tidak ada lagi yang bisa pergi dari kapal tersebut, karena sekocinya sudah tidak ada. Mau tidak mau, mereka harus bertahan di dalam kapal tersebut secara bersama-sama.
Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan. Berhari-hari mereka sudah menahan lapar dan tidak makan apa-apa. Mereka menahan lapar karena makanan pasti sangat terbatas. Mereka juga tidak tahu akan sampai kapan mereka berada di atas kapal tersebut, terombang-ambing dengan angin yang tidak bisa dikendalikan. Supaya mereka bisa bertahan hidup, maka makanan yang ada di kapal itu diatur sedemikian rupa, sehingga mereka tidak mati kelaparan. Jika mereka masih kuat, maka mereka tidak akan makan, demi menghemat makanan yang sudah sangat terbatas. Terhitung sudah empat belas hari mereka tidak makan. Karena itulah Paulus mengajak mereka semua untuk makan.
Paulus juga memberikan pengharapan serta penghiburan kepada mereka dengan berkata bahwa tidak seorang pun dari antara mereka yang akan kehilangan sehelai pun dari rambut di kepalanya. Mereka diingatkan oleh satu utusan Tuhan yang bersama-sama dengan mereka di atas kapal tersebut. Rasul yang dikasihi dan sudah melayani Tuhan dengan segenap hati dan kemurnian hati, sedang bersama-sama dengan mereka. Mungkin orang-orang di kapal juga mulai segan dengan Paulus, karena semua yang dikatakan olehnya telah terjadi. Mungkin mereka juga merasa bersalah dan menyesal, karena tidak mau mengikuti apa yang disarankan oleh Paulus, sebelum mereka berangkat dari Pelabuhan Indah.
Kita juga seharusnya sama seperti Paulus. Kehadiran kita di mana pun kita berada seharusnya berdampak pada kehidupan orang-orang yang ada di sekitar kita. Memang kita tidak sama persis dengan Paulus. Paulus adalah rasul, sedangkan kita bukan rasul. Setelah kita diselamatkan, kita adalah milik Tuhan. Tuhan Yesus telah menggantikan kita mati di atas kayu salib. Sekarang kita sedang menggantikan Dia hidup. Karena itu, saat ini kita harus hidup seperti Yesus hidup. Kita sedang bertukar hidup dengan Yesus, jadi hidup kita sudah menjadi milik Kristus. Kita tidak tahu berapa lama kita akan hidup di dunia ini. Di dalam Filipi 1:21, Paulus mengatakan: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
Views: 12