Kisah Para Rasul 26:1-5
Rasul Paulus memberikan kesaksian tentang dirinya di hadapan Agripa. Kesaksian Paulus tersusun dengan rapi. Pada waktu sidang dibuka, Agripa memberikan kesempatan kepada Paulus untuk membela diri. Ini yang seringkali ditunggu oleh Paulus. Ini adalah kesempatan bagi dia untuk menceriterakan semua kesaksiannya. Dia bisa menyampaikan Injil dengan sangat leluasa, karena biasanya tidak akan ada yang bisa mengganggu orang yang sedang membela diri di depan persidangan Romawi. Paulus bukan hanya mendapatkan kesempatan berbicara kepada orang biasa, sekarang dia memiliki kesempatan untuk berbicara dengan seorang raja. Tidak banyak orang yang memiliki kesempatan untuk memberitakan Injil kepada seorang raja.
Mengawali kesaksiannya, Paulus menyapa raja Agripa dan merasa bahagia karena diperkenankan untuk memberi pertanggungan jawab di hadapan Agripa atas segala tuduhan yang diajukan oleh orang-orang Yahudi kepadanya. Raja Agripa adalah orang Yahudi, sehingga dia tahu benar tentang adat istiadat dan persoalan orang Yahudi. Paulus juga meminta izin supaya bisa berbicara dengan leluasa, sehingga dia mengharapkan supaya raja Agripa sabar mendengar semua yang disampaikan oleh Paulus di hadapan persidangan itu.
Paulus menceritakan bahwa semua orang Yahudi seharusnya mengetahui kehidupan Paulus sejak masa mudanya. Dari awal Paulus memang sudah berada dan hidup di tengah-tengah orang Yahudi di Yerusalem. Sebenarnya orang-orang Yahudi juga bisa memberikan kesaksian tentang masa mudah Paulus. Paulus memang dilahirkan di Tarsus, tetapi ia bertumbuh besar di Yerusalem. Dia juga sekolah di bawah didikan guru besar yang sangat terkenal, yaitu Gamaliel. Di masa mudanya, Paulus hidup sebagai orang Farisi menurut mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi. Farisi artinya adalah orang yang dipisahkan. Kelompk Farisi adalah kelompok yang memisahkan diri dari hal-hal duniawi. Tetapi sayang sekali, mereka tidak memahami makna inti dari kitab Perjanjian Lama yang mereka pelajari dan ajarkan. Bahkan mereka juga memisahkan diri dari kelompok-kelompok lain. Ketika mereka memisahkan diri dari kelompok masyarakat lain, mereka semakin keras dan fanatik. Mereka juga mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat keras.
Tidak semua yang keras dan fanatik itu jelek. Semua tergantung dari dasar kepercayaan mereka. Jika orang-orang Farisi mengikuti dasar dan tradisi mereka, maka hidup mereka akan semakin keras. Berbeda dengan kekristenan yang memiliki pengajaran dengan standar moral yang tinggi. Jika orang-orang Kristen menjadi fanatik dengan dasar yang benar, maka mereka akan melakukan hukum kasih sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Yesus Kristus. Salah satu contoh adalah sikap mengalah atau sikap tidak mau menyakiti orang lain. Orang Kristen yang fanatik dengan dasar yang benar, tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Mereka akan melakukan firman Tuhan, membalas kejahatan dengan kebaikan.
Orang Kristen yang fanatik dengan dasar yang benar, tidak akan pernah membalas kesalahan orang. Jika mereka ditampar pipi kirinya, seharusnya dia memberikan juga pipi kanan, bukan untuk menantang tetapi memang dilakukan dengan ketulusan hati. Jika Yesus Kristus mengatakan supaya orang Kristen mengasihi sesamanya, bahkan mengasihi musuhnya, maka orang Kristen yang fanatik dengan dasar yang benar, akan melakukan itu. Jika dasarnya benar, maka kehidupan di dunia ini akan lebih baik.
Views: 10