Jelajah PB 317 (Yohanes 4:20-26)

Setelah mendengar semua apa yang dikatakan Yesus adalah benar, maka perempuan Samaria ini mulai berbicara hal-hal rohani kepada Yesus. Dia menceritakan bahwa nenek moyangnya menyembah di gunung Gerizim sedangkan orang Yahudi menyembah di Yerusalem. Di dalam Perjanjian Lama, sebelum Tuhan menjadikan Yerusalem menjadi pusat penyembahan, gunung Gerizim yang terlebih dahulu dipakai untuk menyembah Tuhan dan mengucapkan berkat. Di sini seringkali ada pertentangan antara orang Yahudi dengan orang Samaria. Orang Samaria tetap menjunjung tinggi gunung Gerizim sebagai pusat penyembahan, sedangkan orang Yahudi (sesuai dengan perintah Tuhan) menetapkan Yerusalem (Bait Allah) sebagai pusat penyembahan kepada Tuhan.

Pada zaman ini juga sering terjadi perebutan tempat-tempat tertentu yang dianggap suci atau tempat kudus. Ada jejak-jejak sejarah masa lalu yang sering menimbulkan persoalan dan pertengkaran. Bersyukur karena saat ini sudah tidak masuk ke zaman simbolik, ke zaman kiblat.

Tuhan Yesus memberitahukan kepada perempuan Samaria bahwa tidak akan lagi penyembahan di gunung dan di Yerusalem. Semua itu sudah berlalu. Saat ini saatnya ibadah hakikat, orang-orang yang benar akan menyembah di dalam roh dan kebenaran. Kedatangan Tuhan Yesus Kristus adalah menggenapkan seluruh ibadah simbolik Perjanjian Lama. Contoh, untuk menyimbulkan tentang kekudusan maka ada daging-daging tertentu yagn tidak boleh di makan, untuk menyimbolkan kekudusan jasmani. Tetapi sejak Yesus Kristus datang ke dunia, maka ibadah simbolik ini selesai karena yang disimbolkan sudah datang. Saat ini kita tidak lagi menyembah Tuhan dengan badan kita tetapi dengan hati kita.

Ketika kita menyembah Tuhan dengan hati, maka bentuk penyembahan dan ibadah kita tidak lagi terikat dengan tempat, waktu maupun gerak tubuh. Demikian juga dengan hal-hal lain yang menjadi simbol, seperti makanan haram, hari Sabat, korban bakaran, semua itu sudah selesai fungsinya. Demikian juga dengan nama Tuhan yang diperkenalkan dalam Perjanjian Lama (Jehova) juga tidak lagi dipakai oleh Yesus dan para murid di Perjanjian Baru. Yesus memperkenalkan sosok Jehova sebagai Bapa di Sorga.

Karena itulah Yesus berkata kepada perempuan Samaria bahwa penyembahan tidak akan lagi dilakukan di gunung ini ataupun di Yerusalem, karena ibadah hakikat tidak tergantung lagi pada tempat-tempat tertentu. Kita bisa berdoa di mana saja. Tempat tidak menentukan apakah doa kita didengar oleh Tuhan atau tidak. Ketika kita ingin berdoa, maka berdoalah di mana saja. Kita tidak perlu mencari bukit doa atau gua doa, untuk berdoa kepada Tuhan. Mungkin kita pernah baca Tuhan Yesus berdoa di atas bukit. Yesus melakukan itu karena harus menghindari kerumunan banyak orang yang mengikuti Dia supaya Dia bisa terus berkomunikasi dengan Bapa di Sorga. Hari ini kita tidak perlu naik ke atas bukit untuk berdoa, cukup berdoa di dalam kamar.

Di ayat 25 Tuhan Yesus berterus terang kepada perempuan Samaria bahwa Dia adalah Mesias yang dijanjikan itu, Mesias yang akan datang. Yesus yang ada di depannya itu yang saat ini memberitakan segala sesuatu yang harus dilakukan ketika memasuki ibadah hakikat.

Views: 296

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top