Ucapan Bahagia (Jelajah PB 9)

Matius 5:1-12

Di pasal ini, Yesus mulai berbicara dan mengajar kepada kepada murid-murid-Nya. Memang orang banyak ada di sana, tetapi tidak bisa dipastikan apakah orang-orang banyak selain murid Yesus pun ikut mendengar-Nya. Yesus mengajarkan pengajaran yang sangat penting, yang sering disebut sebagai “ucapan berbahagia.”

Ucapan bahagia ini bisa dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama di ayat 3-6 mengajarkan tentang sikap hati. Sikap hati tersebut antara lain: miskin di hadapan Tuhan, berdukacita, lemah lembut, haus dan lapar akan kebenaran.

Orang boleh kaya secara jasmani, tetapi tidak boleh merasa kaya di hadapan Tuhan. Orang yang merasa kaya di hadapan Tuhan adalah orang yang sombong. Mereka merasa lebih dari Tuhan dan merasa tidak memerlukan Tuhan. Orang kaya seperti inilah yang sukar masuk ke dalam kerajaan Allah.

Sikap hati berdukacita, bukan berdukacita karena kehilangan sesuatu yang jasmani. Orang-orang percaya seharusnya berdukacita ketika melihat kejahatan-kejahatan terjadi di dunia ini, akibat dosa manusia. Pernahkah kita merasa berdukacita ketika melihat banyak orang akan tidak terselamatkan, karena mereka belum percaya Kristus?

Sikap lemah lembut dijanjikan oleh Tuhan akan memiliki bumi. Saat ini, yang memiliki bumi sepertinya orang-orang yang lebih galak. Suatu hari kelak, keadaan akan berbalik.

Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, orang tersebut akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari makan dan minum kebenaran. Orang itu akan dipuaskan. Setiap kebenaran harus diuji. Alat ujinya adalah alkitab sebagai firman Tuhan.

Bagian kedua di ayat 7-9 mengajarkan tentang karakter: murah hati, suci hati, membawa damai. Jangan menahan diri dari bermurah hati. Orang yang murah hati pasti akan mendapatkan balasan dari Tuhan yang jauh lebih murah hati daripada kita. Suci hati artinya mempunyai kekudusan. Tanpa kekudusan, tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Orang berdosa tidak mungkin bisa melihat Tuhan. Karena itulah, dosa harus diselesaikan. Dan Yesus Kristuslah yang datang untuk menanggung dosa seisi dunia. Orang yang bertobat dan percaya Yesus akan memiliki hati yang kudus, karena diperhitungkan suci oleh Tuhan. Setelah itu, orang percaya harus membangun karakter hidup yang kudus, supaya bisa menjadi kesaksian yang baik bagi banyak orang. Karena itulah, rasul Paulus menyebut orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus sebagai orang-orang kudus. Berbahagialah orang yang membawa damai. Ketika kita sudah berdamai dengan Tuhan, maka kita akan menjadi pembawa damai. Memberitakan Injil adalah membawa damai. Karena memberitakan Injil itu sama dengan menyampaikan kasih Tuhan kepada manusia. Barang siapa ingin menyambut kasih Tuhan, dia harus sadar bahwa dirinya berdosa dan percaya kepada Tuhan. Ketika kita menyambut kasih Tuhan itu, kita sedang berdamai dengan Tuhan. Orang yang memberitakan Injil dan membawa damai inilah yang disebut sebagai anak-anak Allah.

Bagian ketiga di ayat 10-12 mengajarkan tentang kesetiaan: dianiaya karena kebenaran, dicela karena Yesus. Ketika kita memberitakan Injil kepada orang lain, banyak orang akan mencela dan menganiaya kita. Hal itu sudah terjadi pada saat Yesus memberitakan Injil dan juga para rasul. Banyak orang tidak senang kejahatan dan keburukan mereka diungkapkan, karena berita Injil. Mereka tidak senang berdamai dengan Tuhan. Bahkan bisa mengalami kekerasan. Jika kita menghadapi hal yang demikian, jangan berkecil hati dan tidak boleh marah. Ayat ini perlu diingat, yaitu kita harus berbahagia ketika menghadapi hal tersebut. Kita juga harus bersukacita dan bergembira, karena kalau hal itu terjadi, maka upah kita besar di Sorga.

Amsal 19:17 berkata, “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu.” Di dalam 1 Petrus 2:19 dikatakan, “Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.” Banyak orang menerima kasih karunia dari Tuhan. Tetapi Petrus mengajarkan kepada kita memberi kasih karunia kepada Tuhan, yaitu jika kira rela menderita karena kebenaran. Tuhan berhutang kepada kita karena kita telah menjadi saksi kebenaran bagi-Nya. Tidak ada nabi yang menganiaya orang, tetapi merekalah yang dianiaya.

Views: 8

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top