Di dalam perikop ini ada perbedaan terjemahan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris (King James Version). Kalau di dalam terjemahan bahasa Indonesia, anak pertama berkata iya tetapi tidak pergi. Di dalam terjemahan bahasa Inggris, anak pertama berkata tidak tetapi ia menyesal kemudian pergi. Tetapi dari sisi cerita, sebenarnya tidak ada persoalan yang besar. Pada intinya, ada anak yang mengatakan iya tetapi tidak jadi pergi. Lalu ada anak yang menjawam tidak tetapi akhirnya menyesal dan pergi juga.
Yang manakah yang melakukan kehendak bapanya? Yang manakah yang betul-betul menyenangkan hati bapanya? Semua orang bisa menjawab, yaitu anak yang awalnya tidak mau tetapi akhirnya menyesal dan pergi. Itu juga yang sebenarnya Tuhan kehendaki kepada kita. Yang diperhitungkan oleh Tuhan adalah apa yang dikerjakan dan dilakukan. Selain itu, yang diperhitungkan adalah apa yang terakhir kita kerjakan. Bukan apa yang terjadi di depan, tetapi apa yang terjadi di akhir. Yang paling penting adalah bagaimana kita mengakhiri pekerjaan yang Tuhan berikan kepada kita dengan baik. Tuhan Yesus sebenarnya ingin memakai perumpamaan ini untuk menyindir para imam kepala dan tua-tua Israel. Ketika mereka tidak mau percaya kepada Yohanes Pembaptis, maka mereka pun tidak akan mau percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Karena pelayanan Yesus Kristus sama dengan pelayanan Yohanes Pembaptis.
Kembali mulai ayat 33 Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan untuk mengajar. Di dalam Perjanjian Lama banyak nabi yang tersiksa dan terbunuh karena pada dasarnya para nabi menegor setiap orang yang berdosa. Sekarang Bapa mengirim Anak-Nya (Tuhan Yesus), tetapi ternyata dibunuh juga. Akhirnya, mereka akan binasa.
Karena kedegilan hati bangsa Yahudi, maka bangsa Yahudi akan dicabut fungsinya sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran. Sekarang digantikan oleh jemaat lokal yang terdiri dari berbagai bangsa. Jadi, bangsa Yahudi sekarang bukan lagi sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran, tetapi jemaat lokal-lah yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran.
Batu penjuru itu adalah Yesus Kristus sendiri. Ketika imam-imam kepada dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan tersebut, mereka mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Mereka bukan orang bodoh. Mereka adalah orang bebal dan degil, yang hanya mencari pembenaran dan bukan kebenaran. Karena itulah mereka marah. Mereka tahu bahwa Yesus sengaja menyindir mereka memakai perumpamaan. Itulah keadaan hati orang yang mencari pembenaran. Mereka hanya mencari hal-hal yang bersifat jasmani, materi dan duniawi. Mengetahui semua itu, para imam dan orang Farisi berusaha untuk menangkap Yesus, tetapi mereka takut kepada orang banyak karena orang banyak itu menganggap Yesus nabi. Demikianlah orang yang bebal dan jahat, di dalam otaknya hanya ada pikiran jahat.
Views: 9