Hak Kesulungan (Jelajah PL 603)

Ulangan 2:4-6

Tuhan menyertai bangsa Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun. Selama empat puluh tahun di padang gurun, mereka tidak kekurangan apapun. Mereka memiliki alas kaki yang kuat dan tidak pernah koyak. Mereka juga mendapatkan perlindungan melalui tiang api di malam hari dan tiang awan di siang hari. Ini adalah pertolongan dan penyertaan Tuhan yang terjadi setiap hari, selama empat puluh tahun. Demikian juga ketika kita melakukan pekerjaan Tuhan, maka Tuhan akan menyertai kita.

Ini menjadi salah satu alasan pentingnya kita belajar sejarah. Musa sedang mengingatkan bangsa Israel generasi kedua setelah keluar dari Mesir, supaya mereka tahu penyertaan Tuhan atas nenek moyang mereka. Di dalam Mazmur misalnya, penulis Mazmur selalu ingin mengingat segala sesuatu yang telah dilakukan oleh Tuhan. Mereka memiliki pengalaman berjalan dengan Tuhan. Pada saat menghadapi tantangan, kita bisa mengingat kembali ke belakang, bahwa semua tantangan yang pernah ada, telah bisa dilewati bersama Tuhan.

Dalam perjalanannya, bangsa Israel juga melewati daerah bani Esau. Esau adalah saudara kembar Yakub. Meskipun kembar, mereka memiliki perbedaan yang sangat mencolok, terutama perbedaan kehidupan rohani mereka. Esau sebenarnya menjadi anak sulung. Tetapi pada akhirnya, ia tidak mendapatkan berkat kesulungan. Pada waktu itu berkat kesulungan merupakan berkat ganda. Jika sebuah keluarga memiliki dua anak, biasanya warisan itu dibagi menjadi tiga. Dua bagian diberikan kepada yang sulung, yang satu bagian diberikan kepada bungsu.

Pada awalnya, Esau tidak terlalu peduli dengan hak kesulungan ini. Tetapi, pada akhirnya dia juga peduli dengan hak kesulungan itu, karena ia melihat lebih kepada materi. Meskipun Esau sudah menjual hak kesulungan, tetapi ia tetap menginginkan hak kesulungan itu. Ia merasa rugi, karena ternyata hak kesulungan itu memiliki nilai materi yang sangat besar. Berbeda dengan Yakub, yang menginginkan hak kesulungan secara rohani.

Makna rohani dari hak kesulungan adalah melaksanakan janji Tuhan dalam hal menurunkan Mesias. Janji itu sudah diberikan oleh Tuhan kepada Abraham, lalu diturunkan kepada Ishak. Saatnya, Ishak akan menurunkan hak kesulungan itu kepada salah satu anaknya. Abraham lebih mudah untuk memilih keturunannya, karena Ishak adalah anak dari Sara. Ishak sebenarnya juga mudah untuk memilih keturunan sulungnya, karena secara kelahiran, Esau terlebih dulu lahir.

Yakub sangat menginginkan hak kesulungan secara rohani. Secara duniawi, memang Yakub sampai menipu ayahnya untuk mendapatkan hak kesulungan itu. Tetapi relasi Yakub dengan Tuhan jelas sangat berbeda dengan relasi antara Esau dan Tuhan. Yakub mengetahui kehidupan rohani yang dikehendaki oleh Tuhan. Karena itulah, akhirnya Tuhan menyebutkan bahwa Ia adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub.

Esau menjadi contoh yang salah, karena tidak mau peduli dengan hal-hal rohani. Yang dipedulikan hanyalah hal duniawi saja. Pada akhirnya, Esau mendapatkan juga berkat duniawi. Bahkan Edom sebenarnya lebih maju dibandingkan dengan Israel, di wilayah pegunungan Seir. Secara duniawi memang bagus, tetapi secara rohani, mereka terpuruk.

Views: 24

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top