Ular Yang Berapi-api (Jelajah PL 551)

Bilangan 21:4-6

Ketika bangsa Israel tidak bisa lewat Edom, maka mereka menuju ke tanah Kanaan dengan jalan memutar. Bahkan mereka perlu menjauh dari tanah Kanaan, supaya bisa sampai ke sebelah timur sungai Yordan. Mereka harus berjalan ke arah laut Teberau. Perjalanan ini membuat sebagian mereka menjadi tawar hati. Mereka sudah dekat, tetapi mundur lagi dan seperti kembali ke laut Teberau. Jalan yang mereka lalui pasti tidak mudah, karena pada waktu itu memang tidak ada jalaln raya.

Karena itu, maka bangsa Israel kembali bersungut-sungut. Jika dihitung, ini merupakan sungut-sungut bangsa Israel yang kedelapan. Memang mereka menghadapi kesulitan, tetapi sebenarnya mereka bisa memilih untuk tidak bersungut-sungut. Ada banyak kesulitan dan tantangan yang bisa menyerang kita. Tetapi kita memiliki banyak pilihan untuk menghadapi kesulitan tersebut. Lebih baik kita memilih untuk tetap  bersandar kepada Tuhan dan tidak memilih bersungut-sungut.

Bangsa Israel kembali bersungut-sungut. Dengan jelas di ayat 5 dikatakan bahwa mereka berkata-kata melawan Tuhan dan Musa. Setiap kali bangsa Israel melawan Musa, mereka juga melawan Tuhan. Ketika seorang pemimpin seperti Musa berada dalam firman Tuhan dan berkenan di hadapan Tuhan, maka ketika umat yang dipimpinnya memberontak kepada pemimpin itu, maka sama artinya mereka sedang memberontak kepada Tuhan.

Berkali-kali bangsa Israel ini menyalahkan Musa dan Tuhan. Mereka bersungut-sungut karena perjalanan mereka yang sulit di padang gurun. Kemungkinan besar, orang-orang yang bersungut-sungut ini adalah generasi tua yang sudah hampir punah. Di awal kitab Bilangan, mereka terhitung ada sekitar enam ratus ribu orang. Selama empat puluh tahun, sudah banyak yang mati. Ada yang mati karena usia, ada yang mati karena penghukuman dan tulah, ada yang mati ketika melakukan pemberontakan bersama Korah, Datan dan Abiram. Ada juga yang mati karena telah mencoba menyerang orang-orang Kanaan.

Mereka harus berputar-putar di padang gurun, sebenarnya murni kesalahan mereka sendiri. Mereka juga bersungut-sungut tentang manna, disebut sebagai makanan hambar yang membuat mereka muak. Memang, jika seseorang memutuskan untuk mengeluh, ada saja yang bisa dikeluhkan. Mereka juga mengeluh tidak ada roti dan tidak ada air. Padahal semua itu telah disediakan oleh Tuhan bagi mereka. Mereka lupa dengan semua itu, karena memang memiliki kepentingannya sendiri dan tidak mau percaya kepada Tuhan.

Jika mereka dibiarkan tanpa dihukum, mereka akan mudah mempengaruhi generasi muda dengan sungut-sungut mereka. Karena itu, Tuhan mengirimkan ular-ular tedung di antara mereka. Ular itu memagut mereka, sehingga banyak dari antara mereka yang mati. Ini menjadi salah satu cara penggenapan firman Tuhan, bahwa mereka akan mati di padang gurun.

Istilah ular tedung ini di dalam terjemahan KJV disebut sebagai ular yang berapi-api. Istilah ini kemungkinan mengacu pada gigitan ular itu yang membuat seluruh tubuh terasa panas. Bisa saja ada racun tertentu di dalam ular ini yang menyebabkan tubuh menjadi panas. Peristiwa ini juga dicatat oleh Paulus dalam 1 Korintus 10:9, “Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.”

Views: 20

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top