Teokrasi (Jelajah PL 526)

Bilangan 15:32-41

Ada peristiwa singkat yang dicatat di bagian pasal ini. Sepertinya, peristiwa ini ingin menggambarkan dosa yang dilakukan secara sengaja. Orang Israel mendapati ada seseorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat. Hukum Sabat memang diberlakukan sangat ketat pada waktu itu. Orang ini sepertinya sengaja membangkang, sehingga bekerja pada hari Sabat. Tuhan tahu hati orang tersebut, sehingga dinilai oleh Tuhan bahwa orang itu sedang melakukan dosa yang disengaja.

Orang itu sedang memandang hina hukum Tuhan. Dia ingin merombak perintah Tuhan. Orang tersebut ditangkap dan dimasukkan ke dalam tahanan. Orang Israel meminta petunjuk Tuhan, melalui Musa dan Harun. Tuhan berfirman melalui Musa bahwa orang itu harus dihukum mati. Hukuman mati dilakukan secara bersama-sama, dengan cara segenap umat Israel harus melontari dia dengan batu di luar perkemahan.

Hukuman ini bukan keroyokan, bukan juga hukum rimba. Orang itu sudah melalui proses penahanan sampai mendapatkan keputusan untuk dihukum mati. Artinya, dalam hal ini, bangsa Israel tidak sedang main hakim sendiri. Mereka perlu mendapatkan keputusan dari Tuhan, melalui Musa dan Harun. Ketika Tuhan sudah memutuskan hukuman mati, barulah bangsa Israel menghukum orang tersebut dengan cara dilontari batu sampai mati.

Ketika Israel dijadikan sebagai bangsa, bentuk pemerintahan bangsa Israel adalah Teokrasi. Artinya, kekuasaan dan kewenangan tertinggi berada langsung di tangan Tuhan. Musa dan Harun menjadi perwakilan Tuhan bagi bangsa Israel. Untuk memutuskan hukuman-hukuman berat, perlu keputusan Tuhan secara langsung. Karena itu, kita tidak bisa menilai dengan sembarangan, peristiwa yang dicatat di bagian ini.

Di bagian ini, Tuhan juga memperhatikan hal-hal kecil, seperti jumbai punca baju. Memang, Tuhan memperhatikan semua hal, termasuk hal-hal yang kecil seperti ini. Dalam setiap aspek kehidupan kita, Tuhan juga memperhatikan hal-hal yang kecil. Tuhan peduli dengan hidup kita. Tuhan juga peduli dengan pakaian-pakaian yang seharusnya dan selayaknya dipakai oleh umat Tuhan.

Tuhan memberi perintah supaya orang Israel membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu harus dibubuh dengan benang warna ungu kebiru-biruan. Tujuan pembuatan jumbai ini sebagai peringatan akan semua perintah Tuhan. Jika orang Israel melihat jumbai punca itu, diharapkan orang Israel ingat untuk melakukan firman Tuhan dan tidak lagi menuruti hati dan mata sendiri.

Ini menjadi salah satu cara untuk mengingat perintah Tuhan. Mungkin anak-anak mereka akan bertanya tentang jumbai punca itu. Pada saat itulah, orang tua akan memberi tahu tentang perintah-perintah Tuhan kepada anak-anaknya. Pengingat ini hanya akan menjadi pengingat saja, jika perintah Tuhan tidak dilakukan. Meskipun demikian, pengingat ini penting pada saat masih di masa ibadah simbolik.

Sampai di zaman Yesus, pakaian seperti ini ternyata hanya digunakan untuk pamer saja, bukan sebagai pengingat lagi. Di dalam Matius 23:5 dicatat, “Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yagn lebar dan jumbai yang panjang;”

Views: 21

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top