Bilangan 14:9-18
Yosua dan Kaleb berkata supaya bangsa Israel tidak memberontak kepada Tuhan dan tidak takut kepada bangsa yang sedang menduduki tanah Kanaan itu. Bangsa-bangsa itu akan ditelan habis. Mereka sebenarnya sangat mudah untuk dikalahkan oleh orang Israel, karena Tuhan sedang ada di pihak mereka. Justru, ketika bangsa Israel mendengar perkataan itu, mereka mengancam hendak melontari Yosua dan Kaleb dengan batu.
Bangsa Israel itu benar-benar memberontak kepada Tuhan. Ketika mereka mau menyerang Yosua dan Kaleb, Tuhan turun tangan. Tampaklah kemuliaan Tuhan di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel. Tuhan mendengar dan tahu semua ucapan dan perkataan manusia. Ketika kemuliaan Tuhan itu nampak, maka semua terhenti.
Kemuliaan Tuhan datang untuk menghakimi orang Israel. Tuhan sangat marah. Dengan semua mujizat yang sudah dinyatakan, ternyata bangsa Israel masih tidak percaya kepada Tuhan. Karena itu, Tuhan berkata, “Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka.” Tentang janji Tuhan, Tuhan bisa membangun bangsa yang baru dari Musa. Jika itu dilakukan oleh Tuhan, Tuhan tidak mengingkari janji-Nya kepada Abraham, karena Musa juga keturunan Abraham.
Dalam kondisi seperti ini, Musa mulai meminta belas kasihan dari Tuhan. Dalam peristiwa-peristiwa seperti ini, Musa mirip dengan Yesus Kristus. Di dalam renungan yang pernah dibahas, Musa memang menjadi salah satu gambaran dari Yesus Kristus di Perjanjian Lama. Musa berdoa syafaat bagi orang-orang Israel. Permohonan ini bukan yang pertama, karena sebelumnya Musa juga pernah menyatakan permohonan yang hampir sama, yaitu ketika orang Israel melakukan kesalahan dalam peristiwa penyembahan lembu emas.
Pada waktu itu, Tuhan juga berencana untuk memusnahkan Israel. Tetapi Musa berdoa dan memohon bagi Israel. Pada waktu itu Tuhan juga memberi tawaran supaya dari keturunan Musa saja yang akan menjadi bangsa pilihan Tuhan. Bagi orang lain, mungkin tawaran itu akan diterima begitu saja. Tetapi Musa tidak egois. Dia tidak mementingkan diri sendiri. Seperti Yesus, Musa rela berkorban demi umat yang sedang dipimpinnya.
Ketika Musa mulai berdoa syafaat, ia memulai dengan mengagungkan Tuhan. Musa berdoa dengan keyakinan serta pengenalan akan sifat-sifat Tuhan. Musa juga mengedepankan reputasi serta nama baik Tuhan di tengah-tengah bangsa lain. Tuhan ternyata melihat hati Musa yang benar-benar tertuju kepada-Nya. Musa mengungkapkan bahwa Tuhan itu panjang sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah. Dalam hal ini, Musa sedang mengutip kata-kata Tuhan.
Di dalam Keluaran 34:6-7 dikatakan, “Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan berseru: TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.”
Views: 22