Perjanjian Kekal (Jelajah PL 524)

Bilangan 15:2-10

Setiap orang Israel yang masih percaya kepada Tuhan, Tuhan tetap memberikan penghiburan dan janji itu. Tuhan masih tetap melihat bahwa akan ada saatnya bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan. Di tengah-tengah penghukuman, Tuhan masih memberikan penghiburan dan pengharapan. Sayang sekali bahwa orang Israel pada waktu itu tidak banyak yang memanfaatkan pengharapan ini. Mereka tidak mau bertobat dan merendahkan hati di hadapan Tuhan.

Hal ini menggambarkan tentang hubungan antara kedaulatan Tuhan dengan tanggung jawab manusia. Terkadang ada janji-janji Tuhan yang sepertinya tanpa syarat. Tuhan sudah menjanjikan berkat yang pasti. Misalnya, perjanjian Abraham yang menyatakan bahwa Tuhan akan memberkati keturunan Abraham dan memberikan mereka tanah. Ada perjanjian Daud yang menyatakan bahwa Tuhan berjanji bahwa keturunan Daud akan terus menjadi raja, keluarga Daud akan kokoh.

Karena iman Abraham dan Daud, keturunan mereka diberkati oleh Tuhan. Tetapi, dibalik semua itu, Tuhan tetap menuntut tanggung jawab setiap pribadi keturunan mereka. Memang keturunan Abraham dan Daud akan diberkati dan janji itu tidak mungkin gagal. Tetapi setiap orang yang mendapatkan janji itu, memiliki tanggung jawab pribadi. Selalu ada keseimbangan, antara janji Tuhan dan tanggung jawab manusia.

Perjanjian ini kekal, karena berbicara mengenai keselamatan yang telah dijanjikan oleh Tuhan. Yesus Kristus menjadi keturunan Abraham dan Daud yang menggenapi perjanjian ini. Setiap generasi keturunan Abraham dan Daud, memiliki tanggung jawab atas janji ini. Jika ada generasi yang tidak beriman kepada Tuhan, maka mereka secara pribadi yang tidak akan mendapat berkat dari perjanjian-perjanjian itu. Tetapi perjanjian itu sendiri tidak dibatalkan. Tuhan akan menunggu munculnya generasi yang setia kepada-Nya.

Tuhan mengingatkan, ketika mereka sudah berada di tanah Kanaan, mereka harus beribadah kepada Tuhan, membawa persembahan bagi Tuhan. Ketika memberikan korban bakaran, mereka juga harus menyertakan beberapa hal, yaitu: tepung, minyak dan anggur. Semakin besar korban persembahan yang diberikan, maka semakin banyaka tepung, minyak dan anggur yang diperlukan. Tuhan ingin mengajarkan bahwa tepung, minyak dan anggur melambangkan sukacita.

Tuhan ingin, ketika umat-Nya membawa persembahan, mereka mempersembahkannya dengan sukacita. Prinsip ini juga diberikan di masa Perjanjian Baru. Di dalam 2 Korintus 9:7 dikatakan,”Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”

Pemberian yang disampaikan dengan sukacita, akan menyukakan hati Tuhan. Memberi persembahan seharusnya bukanlah sebuah beban, tetapi ucapan syukur. Orang yang bersukacita pada saat memberikan persembahan, mereka tidak banyak berbicara tentang persembahan yang sudah diberikannya. Korban api-apian itu akan berbau harum, yang menyenangkan bagi Tuhan.

Views: 24

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top