Nazar: Sukarela Tapi Serius (Jelajah PL 488)

Bilangan 6:6-27

Hal ketiga yang dituntut dari seorang nazir adalah tidak dekat dengan mayat orang. Mayat pada waktu itu menjadi simbol dari dosa, karena mayat menggambarkan kematian. Kematian merupakan efek dari dosa. Ini menjadi sebuah gambaran bahwa seorang nazir harus menjauhi dosa. Dosa akan merusak hubungan manusia dengan Tuhan. Bahkan apabila orang tuanya atau saudaranya mati, seorang nazir tidak diperbolehkan untuk menajiskan diri dengan menyentuh mayat keluarganya itu.

Bagi seorang nazir, Tuhan menjadi yang utama, bahkan dibandingkan dengan keluarganya sendiri. Ikatan dia kepada Tuhan akan mengatasi ikatan manusia, bahkan ikatan keluarga. Dalam hal ini, bukan berarti Tuhan menginginkan kita membenci keluarga kita. Tuhan tetap menginginkan kita untuk mengasihi semua orang, apalagi terhadap keluarga. Lebih dari pada itu, yang dituntut oleh Tuhan adalah bahwa kita seharusnya lebih mengasihi Tuhan dari semua hal di dunia ini.

Dilema seperti ini seringkali dihadapi oleh orang percaya yang memiliki orang tua tidak percaya kepada Tuhan. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan saat keluarganya tidak percaya kepada Tuhan, memiliki tantangan khusus. Orang-orang yang berada dalam posisi seperti ini harus memilih, antara Tuhan atau keluarganya yang belum percaya kepada Tuhan. Tuhan seharusnya di atas semua yang lain. Tuhan yang maha kuasa dan telah menciptakan kita. Dia juga yang sudah mengutus Anak-Nya yang tunggal, mati di kayu salib untuk menggantikan kita.

Ketika seorang nazir itu tidak sengaja tersentuh mayat, nazir itu tetap menjadi najis. Karena itu, nazir ini harus membawa korban penebus salah. Nazir itu dihitung bersalah, karena sudah tersentuh mayat. Memang tidak disengaja, tetapi tetap dihitung bersalah. Hal ini mengajarkan sebuah prinsip bagi kita semua bahwa Tuhan menganggap nazar sebagai sesuatu yang serius. Karena itu, seseorang yang bernazar, dia tidak boleh main-main. Nazir ini sifatnya sukarela dan Tuhan tidak pernah memaksa orang menjadi nazir.

Tuhan rindu umat-Nya berjanji kepada-Nya. Tetapi, jika kita sudah berjanji, kita juga harus memastikan supaya bisa menepati janji itu. Lebih baik tidak berjanji, daripada melanggar janji. Nazir itu, meskipun tidak sengaja menyentuh mayat, maka nazirnya batal dan harus dimulai dari awal. Prinsip-prinsip seperti ini seharusnya juga kita lakukan pada saat ini, ketika kita berjanji kepada Tuhan untuk melakukan sesuatu.

Di dalam titik lemah manusia, misalnya pada saat ia sedang sakit atau sedang kesusahan, ada orang yang mulai berjanji kepada Tuhan. Misalnya, jika ia sembuh dari sakit atau keluar dari penderitaan, maka ia berjanji kepada Tuhan untuk melakukan ini dan itu. Ada yang berjanji akan melayani Tuhan, akan menyediakan waktu khusus untuk Tuhan atau berjanji untuk memberikan persembahan kepada Tuhan. Semua janji itu harus ditepati.

Jika nazar sudah digenapkan, maka orang tersebut telah menyelesaikan janji atau komitmennya kepada Tuhan. Semua yang dijanjikan seharusnya sudah dipenuhi. Kita patut memberi persembahan kepada Tuhan dengan standar minimum. Sebenarnya, jumlah persepuluhan merupakan standar minimum persembahan yang bisa diberikan oleh orang percaya pada saat ini.

Views: 19

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top