Bilangan 5:8-15
Orang yang berbuat salah dan merugikan orang lain, maka orang itu harus meminta maaf serta memberi tebusan, ditambah dengan seperlima untuk mengganti kerugian. Jika orang yang dirugikan tidak ada, maka pembayaran tebusan bisa diberikan kepada keluarga dekatnya. Jika tidak ada keluarganya lagi, maka pembayaran tebusan diberikan kepada Tuhan melalui imam. Penggantian itu memang harus dilakukan, salah satu tujuannya adalah untuk mengobati atau membereskan orang tersebut secara psikologis.
Setiap manusia memiliki hati nurani yang memengaruhi seluruh hidupnya. Karena itu, pemberesan diri diperlukan untuk menjaga kesehatan psikologis. Hari ini, bahkan banyak orang harus mencari psikolog atau psikiater untuk membereskan hati dan pikiran. Orang-orang memiliki masalah dalam diri sendiri, karena tidak membereskan rasa bersalah pada diri sendiri. Jika tidak dibereskan, maka hati nuraninya akan terus menuduh diri sendiri. Peristiwa ini mengakibatkan orang tersebut tertekan.
Karena itu, jika kita sadar bahwa kita salah, maka sebaiknya kita membereskan diri kita. Mungkin orang lain tidak tahu atau bahkan Tuhan tidak menghukum secara langsung, tetapi hati nurani kita akan terus menuduh kesalahan kita, sehingga diri kita terbelenggu di dalam perasaan bersalah yang sangat mendalam. Jika kita melakukan dosa dan pelanggaran, jalan keluar yang paling baik adalah mengakui dan bertobat. Jika kesalahan kita mengakibatkan kerugian orang lain, maka kita harus mengganti kerugian itu, sehingga hidup kita akan lebih tenang dan sehat.
Sebenarnya, mengakui kesalahan dan mengembalikan kerugian bukan lagi demi orang yang dirugikan, tetapi demi diri sendiri. Jika kita sudah menjadi percaya, jangan sampai melakukan hal yang sama. Misalnya, kita berhutang tetapi tidak mau membayarnya. Jika orang yang memiutangi kita sudah meninggal, lalu kita merasa bebas dari hutang tersebut. Jika kita tidak membereskan semua itu, maka psikologis kita yang akan bermasalah. Bahkan masalah kita akan semakin banyak dan rumit, serta bisa berdampak pada keluarga kita. Jika tidak percaya, silahkan dicoba.
Jika di dalam umat Israel ada kecurigaan dosa, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sebisa mungkin kecurigaan tersebut diselesaikan. Secara khusus, kecurigaan itu dikaitkan dengan masalah keluarga. Di dalam kehidupan rumah tangga, tidak baik jika timbul kecurigaan antara suami istri, atau antara sesama anggota keluarga. Seharusnya suami istri itu satu kesatuan yang utuh, karena sudah menjadi satu daging. Jika timbul kecurigaan satu dengan yang lain, maka harus diselesaikan segera.
Selain kecurigaan, bisa saja timbul kecemburuan. Cemburu dengan kadar yang pas, sebenarnya baik. Karena itu, Tuhan beberapa kali digambarkan dengan perkataan “Tuhan yang cemburu.” Kita menemukan di dalam 1 Korintus 13:4 dikatakan, “kasih tidak cemburu.” Terjemahan yang tepat seharusnya, “kasih itu tidak dengki.” Iri dan dengki itu yang bisa menyebabkan kebencian. Secara murni, kecemburuan adalah perasaan hubungan istimewa yang tidak ingin diganggu oleh pihak lain. Kecemburuan ini bahkan dimulai dari Tuhan, karena memang Ia ingin memiliki hubungan istimewa dengan manusia.
Views: 31