Kejadian 6:5-7
Kondisi manusia pada waktu itu sangat parah. Kejahatan manusia besar di bumi. Bahkan segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata. Benih dosa yang sudah ditaburkan oleh Adam di taman Eden telah berbuah sangat lebat. Sampai segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan.
Dikatakan di ayat 6 bahwa Tuhan menyesal, karena telah menjadikan manusia di bumi. Kejahatan mereka telah memilukan hati Tuhan. Kita mungkin bingung dengan pernyataan bahwa ‘Tuhan menyesal’. Untuk mendalami tentang hal ini, kita bisa melihat di dalam 1 Samuel 15:10. Pada waktu itu Samuel baru saja menyuruh Saul untuk memusnahkan bangsa Amalek. Samuel memerintahkan Saul untuk menghancurkan semuanya, sampai ke ternak-ternak mereka. Ternyata Saul tidak taat. Ia menyisakan beberapa orang Amalek dan ternaknya. Saul mengambil ternak itu dengan alasan ingin mempersembahkannya kepada Tuhan.
Pada waktu itu Tuhan juga memberi pernyataan kepada Samuel bahwa Tuhan menyesal telah membuat Saul menjadi raja. Saul telah berkhianat kepada Tuhan dengan cara tidak melakukan firman Tuhan dengan murni. Di dalam Samuel 15:28-29 dijelaskan berbeda bahwa Tuhan tidak menyesal dan tidak tahu menyesal.
Di satu sisi, Tuhan tidak mungkin menyesal karena Ia telah mengetahui segala sesuatu. Kata ‘menyesal’ sebenarnya memiliki dua unsur, yaitu perasaan dan pengetahuan. Tuhan yang mahatahu tidak mungkin menyesal dari unsur pengetahuan. Tetapi Tuhan yang adalah Pribadi dan memiliki perasaan, bisa menyesal dari aspek perasaan. Artinya, Tuhan ingin mengungkapkan perasaan-Nya kepada manusia, dengan istilah yang diketahui oleh manusia. Tuhan dipenuhi dengan rasa sedih dan sayang, karena manusia yang dikasihi-Nya tidak mau mengikuti perintah-Nya.
Tuhan merasa sayang, manusia yang diciptakan serupa dan segambar dengan Dia, justru memiliki sikap dan perilaku yang bertentangan dengan Tuhan. Memang Tuhan sudah tahu bahwa hal itu akan terjadi. Tetapi Tuhan tetap menyayangkan semua ini terjadi. Bukan berarti ketika kita mengetahui tentang segala sesuatu, kita tidak sedih ketika menghadapi hal yang patut disayangkan. Hal ini sama seperti ketika kita memiliki saudara dekat yang memiliki penyakit parah dan kita tahu bahwa sebentar lagi ia akan dipanggil Tuhan. Kita tahu itu dan kita akan tetap merasa sedih, ketika ia dipanggil Tuhan.
Akhirnya Tuhan mengambil keputusan untuk menghapus manusia yang telah diciptakan-Nya. Bukan hanya manusia yang dihapus dari muka bumi, tetapi juga hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara. Ketika manusia melawan Tuhan, dampak yang terjadi bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada semua yang telah dikuasai oleh mereka. Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan telah memberikan kuasa kepada mereka atas segala binatang dan alam semesta.
Di dalam Roma 8:19-20 dijelaskan bahwa segala sesuatu (terutama hukuman) yang ditimpakan kepada manusia, berdampak kepada tanah, binatang dan alam semesta ini. Sakit bersalin bukan hanya menimpa manusia, tetapi juga menimpa binatang.
Views: 37