Kejadian 32:16-21
Ketika Yakub menyiapkan semua persembahan yang akan disampaikan kepada Esau, bukan hanya sebagai usaha Yakub untuk berdamai. Yakub juga ingin memberitahu kepada Esau bahwa Yakub sudah memiliki semua harta benda yang banyak. Yakub ingin mengatakan bahwa dia tidak perlu harta warisan dari Ishak, karena sudah sangat kaya. Yang diinginkan oleh Yakub bukanlah warisan harta benda, tetapi berkat rohani dari Ishak. Harta itulah yang diinginkan oleh Esau, sampai ia meraung-raung meminta berkat dari ayahnya.
Esau bukanlah orang yang tertarik dengan hal-hal rohani. Ia tidak peduli dengan berkat rohani, berkat keturunan sebagai jalur Sang Mesias. Ia tidak peduli untuk menjadi bangsa umat pilihan Tuhan. Esau hanya berpikir bahwa sebagai anak sulung, ia akan mendapatkan harta warisan lebih banyak daripada saudaranya yang lain. Sesuai dengan ketetapan pada zaman itu, anak sulung akan mendapatkan warisan dua kali lipat dibandingkan dengan anak-anak yang lain.
Dengan memberi persembahan kepada Esau, Yakub ingin memberitahu Esau bahwa memang ia tidak mengincar harta warisan bagi anak sulung itu. Yakub mengajarkan kepada para hambanya untuk berbicara sedemikian rupa, untuk nanti disampaikan kepada Esau. Ia juga memberikan jeda antara rombongan yang satu dengan yang lain, sebagai strategi untuk melunakkan hati Esau. Yakub berharap bahwa strategi ini bisa menimbulkan efek maksimal bagi usaha perdamaiannya dengan Esau.
Yakub membayangkan, ketika Esau bertemu dengan hadiah demi hadiah, diharapkan hati Esau menjadi lunak. Di dalam berkat Ishak kepada Yakub, Ishak menyatakan bahwa Yakub akan menjadi tuan atas Esau. Tetapi ketika Yakub mengajarkan perkataan kepada hambanya, ia menyatakan diri sebagai hamba Esau. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk berdamai dengan Esau. Yakub juga ingin menyatakan bahwa ia tidak mengincar kuasa. Karena hal kuasa ini, Esau pernah sangat kesal kepada Yakub, sehingga ia ingin segera membunuh Yakub.
Strategi dan langkah yang dilakukan oleh Yakub ini sangat bijaksana. Di dalam Amsal 25:11 dikatakan, “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” Di dalam Amsal 15:1 dikatakan, “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.” Kita dapat belajar banyak hal dari perkataan di Amsal ini.
Sulit bagi sebagian besar orang untuk mengontrol lidah dan perkataan. Lidah menjadi salah satu anggota tubuh yang bisa melukai sangat dalam. Tetapi jika kita bisa mengendalikan lidah dan mengatakan sesuatu di saat yang tepat, maka perkataan itu akan meredakan kegeraman. Apa yang dilakukan oleh Yakub sangat baik. Dia berusaha untuk menenangkan hati Esau, dengan perkataan-perkataan yang lembut dan dipersiapkan dengan baik.
Views: 88