Kejadian 47:1-4
Akhirnya Yakub bisa bertemu dengan Yusuf. Mereka saling bertangis-tangisan, lama sekali. Mereka sudah berpisah selama dua puluh dua tahun. Yakub hanya mengetahui bahwa Yusuf sudah mati. Pertemuan ini adalah pertemuan yang menguras emosi. Waktu perpisahan antara Yakub dan Yusuf telah dipakai oleh Tuhan untuk membangun iman mereka masing-masing. Yakub sudah merasa tenang, karena beban berat yang selama ini ditanggungnya, sudah lepas. Semua anak-anaknya sudah lengkap dan Yakub sudah siap untuk mati.
Sebelum bertemu dengan Firaun, Yusuf memberitahu hal-hal yang perlu dikatakan di hadapan Firaun. Mereka adalah keluarga penggembala kambing domba, sedangkan kambing domba adalah kekejian bagi orang Mesir. Yusuf mengatakan ini semua, supaya orang Israel bisa hidup terpisah dari bangsa Mesir. Mereka bisa mendapatkan tanah Gosyen sebagai tempat tinggal mereka. Jika mereka bukan gembala kambing domba, kemungkinan besar Firaun akan menyuruh mereka tinggal bersama-sama dengan orang Mesir.
Jika orang Israel kawin campur dengan orang-orang Mesir, maka identitas Israel akan menjadi tidak jelas. Anak-anak Yakub adalah bangsa pilihan Tuhan. Identitas mereka akan hilang jika bercampur dengan bangsa lain. Yusuf tahu tentang janji Tuhan terhadap keturunan Yakub. Karena itu Yusuf ingin memastikan bahwa keluarga besarnya tetap terpisah dari orang-orang Mesir dan memiliki identitas sendiri.
Selanjutnya Yusuf membawa saudara-saudaranya menghadap kepada Firaun. Tidak semua saudaranya diajak menghadap Firaun, hanya lima saudaranya saja. Yusuf mengatakan kepada Firaun bahwa ayahnya, saudaranya beserta ternak milik mereka sudah berada di tanah Gosyen. Keadaan tanah Gosyen memang cukup baik, apalagi cukup dekat dengan sungai Nil. Tanah ini cocok untuk peternakan. Dari awal Yusuf memang sudah memilih tanah itu, sehingga ia meminta Yakub dan keluarganya langsung menuju ke tanah Gosyen itu.
Anak-anak Israel dengan tegas berkata kepada Firaun bahwa mereka telah datang ke Mesir untuk tinggal sebagai orang asing. Mereka datang ke Mesir, tidak untuk menjadi bagian dari bangsa Mesir. Mereka sadar bahwa kehidupan di Mesir bagi mereka hanya sementara. Hal ini juga bisa menjadi ciri khas orang beriman. Orang yang percaya kepada Yesus Kristus seharusnya sadar bahwa mereka bukan dari dunia ini. Ketika orang percaya berada di dunia, sebenarnya statusnya adalah sebagai orang asing.
Di dalam Alkitab, Mesir adalah gambaran dari dunia ini. Di dalam Ibrani 11:9 dikatakan, “Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.” Di dalam ayat 13 lebih jelas dikatakan, “Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.”
Views: 30