Melakukan Kesalahan Yang Sama (Jelajah PL 81)

Kejadian 20:1-2

Untuk alasan tertentu, Abraham memutuskan untuk menyusuri tanah Negeb. Ia menuju ke arah selatan. Ia kemudian menetap di antara Kadesh dan Syur. Ia tinggal di Gerar sebagai orang asing. Gerar merupakan tempat yang cukup dekat dengan Mesir, di sebelah selatan daerah Palestina. Pada waktu itu, Gerar ini merupakan daerah yang cukup makmur. Mungkin ada urusan yang cukup penting, sehingga Abraham pergi ke daerah itu.

Ketika Abraham sampai di Gerar, Abraham sepertinya bisa menilai bahwa orang-orang di sana tidak takut akan Tuhan. Hal itu bisa dilihat dari pola hidup dan perilaku mereka. Apalagi Gerar sangat dekat dengan Mesir, bangsa yang terkenal sangat kejam dan penyembah berhala. Biasanya, ketika seseorang berada di daerah penduduknya memiliki moralitas yang rendah, maka ia pun akan terpengaruh dengan moral yang kurang lebih sama. Sama seperti Lot yang tinggal di kota Sodom, ia sulit untuk tidak berkompromi dengan kehidupan orang-orang Sodom.

Sepertinya kehidupan orang di Gerar mirip dengan kehidupan orang di Mesir. Karena itu Abraham berpikir bahwa tempat itu cukup berbahaya. Abraham seperti mengalami ketakutan akan ancaman yang bisa saja terjadi atasnya. Untuk mencari aman, untuk kedua kalinya Abraham mengatakan bahwa Sara adalah saudaranya, bukan istrinya. Abraham melakukan kesalahan yang sama, seperti yang pernah dilakukannya ketika dulu pergi ke Mesir.

Sulit bagi kita untuk membayangkan bahwa Abraham melakukan hal ini untuk keduakalinya. Dia sudah menghabiskan waktu kurang lebih selama dua puluh lima tahun bersama dengan Tuhan di tanah Kanaan. Ia telah menjalani berbagai macam ujian dan pencobaan. Ia juga telah merasakan kebaikan Tuhan karena pemeliharaan Tuhan yang besar atasnya. Tuhan sudah seringkali menolong Abraham dalam berbagai macam hal. Sulit bagi kita untuk memahami Abraham yang ketakutan dan mengulangi kesalahannya.

Seorang pribadi yang disebut sebagai bapa orang beriman dan sahabat Tuhan sekalipun, masih mengalami ketakutan dan kekhawatiran. Dia juga tidak lepas dari kesalahan yang sama dan diulang. Hal ini membuktikan bahwa perkataan Alkitab benar, yaitu tidak ada seorang pun yang tidak berdosa. Seorang yang penuh iman seperti Abraham, di saat-saat tertentu ia pun masih mengalami kegalauan dan kebimbangan.

Dari kisah ini kita juga bisa belajar bahwa kita perlu berjaga-jaga terhadap kondisi kita yang bisa saja lemah di bagian-bagian tertentu. Hal itu bisa menjadi celah bagi kita. Iblis akan menyerang melalui celah kelemahan itu. Karena itu, kita patut menyadarinya supaya bisa tetap waspada dan menjaga diri dengan baik. Jangan sampai kita melakukan kesalahan yang sama dan mendapatkan akibat yang lebih parah.

Ketetapan hati penting bagi kita untuk menutup celah tersebut. Celah kelemahan itu akan diserang terus menerus oleh Iblis. Kita tidak boleh merasa kuat, karena pernah mengalami hal yang sama. Kebiasaan yang buruk tidak akan bisa hilang begitu saja tanpa ketetapan hati. Untuk mendapatkan ketetapan hati ini, seharusnya Abraham perlu pertolongan dari Sara. Ternyata keduanya tidak memiliki ketetapan hati yang kuat.

Views: 25

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top