Ibrani 1:1
Surat ini ditulis kepada orang-orang Yahudi yang telah menjadi pengikut Kristus, yang tersebar di wilayah Asia Kecil. Tulisan ini berhubungan dengan Timotius yang saat itu berada di Efesus. Di pasal 13 dalam surat Ibrani ini dikatakan bahwa Timotius akan segera ke situ dan penulis akan berkunjung kepada pembaca surat ini. Diperkirakan pembaca surat ini berada di wilayah Efesus, karena kota Efesus pada waktu itu merupakan pusat kota dan pusat pemberitaan Injil. Di Efesus, Paulus telah mendirikan sekolah Alkitab pertama. Kota Efesus memang sangat strategis untuk pemberitaan Injil di Yunani dan Asia pada waktu itu.
Bisa dipastikan bahwa surat ini memang ditujukan kepada orang-orang yang ada di sekitar wilayah Efesus dan mereka memiliki hubungan dengan Timotius. Surat Ibrani ini sangat penting untuk memahami perbedaan antara kekristenan dan Yudaisme. Di dalam surat Ibrani ini, ada banyak penjelasan tentang kitab Perjanjian Lama. Ada banyak ayat di Perjanjian Lama yang dikutip di dalam surat ini. Orang yang menulis surat ini juga memiliki wibawa yang lebih dibandingkan dengan Timotius. Yang mendekati kriteria di atas adalah rasul Paulus, artinya kitab Ibrani ini juga ditulis oleh Paulus. Surat ini ditulis dari Roma, dari Italia. Surat ini menjadi puncak pemahaman terhadap peralihan ibadah simbolik menuju ibadah hakikat. Surat ini diperkirakan ditulis sesudah penangkapan Paulus yang pertama di Roma.
Surat ini memang tidak diawali dengan salam, seperti surat Paulus yang biasanya. Surat ini berbentuk semacam khotbah atau pengajaran, bukan surat seperti biasanya. Surat ini berisi penjelasan yang disampaikan oleh Paulus, dari pemahamannya tentang perubahan ibadah simbolik ke ibadah hakikat. Pengajaran ini disampaikan kepada orang-orang Ibrani atau Yahudi, yang sudah percaya kepada Yesus Kristus. Bahkan sebagian dari mereka sudah menjadi pengajar atau gembala jemaat.
Tuhan telah memakai berbagai cara untuk berbicara kepada nenek moyang orang Yahudi. Tuhan pernah berbicara mereka dengan menggunakan undian. Ini adalah cara sederhana di Perjanjian Lama, yang digunakan untuk mengetahui kehendak Tuhan. Peristiwa Yunus menjadi salah satu contoh Tuhan berbicara kepada manusia melalui undian. Yunus melarikan diri dari Tuhan, menyembunyikan diri di tempat yang paling tersembunyi di kapal yang ditumpanginya. Saat ini, undian untuk mencari kehendak Tuhan, tidak berlaku lagi. Jika kita ingin mencari kehendak Tuhan, maka yang harus kita lakukan adalah belajar Alkitab dengan sungguh-sungguh. Di dalam Alkitab itulah banyak sekali rahasia kehendak Tuhan yang patut kita ikuti dalam kehidupan kita sehari-hari.
Di Perjanjian Lama, Tuhan juga pernah menggunakan urim dan tumim untuk berbicara kepada bangsa Israel. Jika bangsa Israel memiliki persoalan yang perlu diputuskan, mereka menghadap kepada imam. Imam akan berdoa serta mencabut urim dan tumim yang ada di bagian dada, di baju efod imam. Jika kena urim maka jawabannya adalah positif atau iya, jika kena tumim maka jawabannya adalah negatif atau tidak. Sekarang cara itu sudah tidak dipakai lagi, karena tidak ada posisi imam di dalam kehidupan orang Kristen. Setiap orang percaya adalah imam atas diri sendiri, sedangkan yang menjadi Imam Besar adalah Yesus Kristus.
Views: 16