Ibrani 11:20-29
Karena iman, maka Ishak, dengan memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. Karena iman, maka Yakub, ketika hampir mati, memberkati kedua anak Yusuf. Dia tahu bahwa posisinya waktu itu adalah imam. Kita harus ingat bahwa dari Adam sampai hukum Taurat diturunkan, maka posisi imam berada di tangan para ayah. Karena itulah pada waktu itu ayah memiliki hak untuk menumpangkan tangan kepada anak atau cucunya, untuk memberkati mereka.
Karena iman, maka Yusuf, menjelang hari kematiannya, ia memberitakan tentang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang tulang belulangnya jika nanti ia mati. Yusuf yakin bahwa suatu hari Tuhan akan membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, kembali ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. Ia berpesan kepada saudara-saudaranya, kalau mereka keluar dari Mesir, maka ia minta supaya tulang belulangnya dibawa juga keluar dari Mesir.
Karena iman, maka Musa, setelah lahir, ia disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya. Orang tua Musa melihat bahwa ia elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja Firaun pada waktu itu. Musa memang sudah direncanakan oleh Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Karena iman, maka Musa setelah dewasa, ia menolak disebut sebagai anak puteri Firaun. Padahal sebenarnya Musa bisa menikmati semua kekayaan dan kekuasaan Firaun. Tetapi Musa lebih senang menderita sengsara dengan umat Tuhan daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.
Musa lebih memilih menderita daripada masuk dalam kenikmatan duniawi. Bagaimana dengan kita? Jika diminta untuk memilih, apakah kita akan memutuskan seperti Musa? Musa menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar daripada semua harta di Mesir. Pandangannya ia arahkan karena upah di depan, yaitu kehidupan kekal. Karena iman, maka musa memilih untuk meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan.
Orang-orang yang beriman seperti Musa ini telah melihat sesuatu yang rohani dan surgawi. Tujuan itu menjadi arah utama bagi mereka di dalam kehidupannya. Karena iman, maka musa mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung tidak menyentuh mereka. Pada waktu itu, hanya orang beriman yang mau memotong seekor domba, lalu darah domba itu dipoleskan di ambang pintu. Inilah yang terjadi pada saat peristiwa malam Paskah. Orang yang tidak beriman, tidak akan mau melakukan hal tersebut. Akhirnya mereka mati dan berduka, karena kehilangan anak sulung.
Karena iman, maka Musa dan bangsa Israel melintasi Laut Merah, sama seperti melintasi tanah kering. Jika tidak memiliki iman, maka mereka tidak akan mungkin berani melangkah, melintasi Laut Merah yang kering tersebut. Sedangkan orang-orang Mesir yang mengejar mereka, mati tenggelam. Apa yang terjadi pada bangsa Israel pada waktu itu tidak sesederhana kisah yang kita baca. Mereka pasti juga mengalami kepanikan dan sempat kacau balau, sebelum mereka akhirnya memutuskan untuk melangkah, mengikuti apa yang dikatakan oleh Musa.
Views: 25