Malapetaka dan Malapetaka (Jelajah PB 1077)

Wahyu 8:10-13

Malaikat ketiga meniup sangkakala dan jatuhlah dari langit sebuah bintang besar, menyala-nyala seperti obor. Bintang itu sama seperti matahari. Bahkan para ahli mengatakan bahwa matahari adalah salah satu dari bintang. Bintang bisa menghasilkan sinar atau panas dari dirinya sendiri. Bintang yang menyala seperti obor itu  jatuh dan menimpa sepertiga dari sungai-sungai dan mata air. Setelah laut, sekarang ganti ke sungai dan mata air. Nama bintang itu adalah Apsintus.

Apsintus sama seperti ulat kayu yang menghasilkan rasa pahit. Sepertiga air menjadi apsintus. Banyak orang mati karena air yang sudah terkontaminasi itu, karena airnya telah menjadi sangat pahit. Di dalam Yeremia 9:15; 23:15; Amos 5:7 air pahit ini diterjemahkan “ipuh”. Air itu sudah tidak bisa dikonsumsi lagi karena telah menjadi pahit.

Malaikat keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang. Terjadi fenomena kekacauan pada benda-benda penerang di langit. Jika sepertiga benda penerang itu tidak menyala, maka sinar yang terpancar ke bumi akan redup dan terjadi perubahan cuaca yang ekstrim. Sepertiga dari padanya akan menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari. Siang hari akan menjadi berkurang dan bumi akan menjadi dingin.

Setiap kali kita membaca malapetaka yang akan terjadi, jika kita percaya kepada Yesus Kristus, maka kita tidak akan mengalami semua itu. Jika ada yang membaca renungan ini dan belum percaya kepada Tuhan, renungan ini menjadi peringatan supaya kita segera bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Jangan sampai kita terlambat, sehingga mengalami hal-hal yang mengerikan. Yang terjadi di bumi saja sudah sangat mengerikan, apalagi nanti yang akan terjadi di neraka. Waktu yang tepat untuk bertobat dan percaya kepada Yesus adalah sekarang, bukan nanti. Jangan menunda terus untuk percaya kepada Yesus Kristus.

Setelah itu, Yohanes melihat dan mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring, “Celaka, celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup sangkakalanya.” Di dalam kitab versi Textus Receptus, burung nasar ini seharusnya adalah malaikat. Baru empat sangkakala saja sudah membuat malapetaka yang dahsyat dan masih ada tiga lagi sangkakala yang belum ditiup.

Celaka dan malapetaka yang menimpa bumi nanti pasti diluar dugaan kebanyakan orang. Tidak ada seorang pun yang bisa tahan dengan semua itu. Segala sesuatu yang dikumpulkan secara duniawi, pada akhirnya tidak berharga sama sekali. Orang tidak bisa menyombongkan diri. Mereka pasti akan susah untuk meminta tolong kepada sesamanya, karena masing-masing sedang berjuang untuk menyelamatkan diri sendiri.

Pada saat itu, tidak ada lagi orang yang bisa menyombongkan diri. Orang-orang yang tidak mau mengakui adanya Tuhan dan tidak percaya kepada Yesus Kristus, akhirnya tidak bisa berkata apa-apa. Situasi seperti itu, tidak ada lagi kesempatan untuk menyombongkan diri. Manusia pada zaman itu tidak akan bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak akan bisa mengatasi cuaca yang berubah-ubah secara ekstrim.

Views: 19

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top